Rabu, 22 Juni 2016

TUGU PANCORAN




Patung Pancoran dengan nama lain Monumen Patung Dirgantara adalah salah satu monumen patung yang terdapat di Jakarta. Sebelumnyakami pernah posting tentang makna patung patung di jakarta. Letak monumen ini berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepat di depan kompleks perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara yang dulunya merupakan Markas Besar TNI Angkatan Udara. Posisinya yang strategis karenamerupakan pintu gerbang menuju Jakarta bagi para pendatang yang baru saja mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan bantuan dari Keluarga Arca Yogyakarta. Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono. Berat patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung mencapai 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya dengan IR. Sutami sebagai arsitek pelaksana. Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa Gerakan 30 September PKI di tahun 1965. Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan Bung Karno untuk menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut berarti bahwa untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani dan Bersemangat. Total biaya pembuatan Patung Dirgantara atau Patung Pancoran pada tahun 1964 adalah 12 juta rupiah. Biaya awal ditanggung oleh Edhi Sunarso, sang pemahat. Bung Karno menjual mobil pribadinya seharga 1 juta rupiah pada waktu itu. Pemerintah sendiri hanya membayar 5 juta rupiah. Sisanya, sebesar 6 juta rupiah, menjadi hutang pemerintah yang sampai saat ini tidak pernah terbayar. Manusia besar dengan gagasan besar. Itu sebuah julukan lain buat Bung Karno. Ciri-ciri manusia besar, terletak pada peninggalannya yang kekal. Dalam beberapa hal, Bung Karno memenuhi kriteria itu. Ajarannya tentang Marhaenisme, penemuan ideologi Pancasila, serta semangat kebangsaan, setidaknya masih bisa kita rasakan hingga detik ini. Sekalipun ia “dikubur” tiga dasawarsa lamanya, jejak-jejak peninggalan dan karya besar Bung Karno bergeming dari gerusan zaman. Selain ide dan gagasan berupa isme, ajaran, spirit, dan nilai-nilai sosial dan politik, Bung Karno juga mewariskan monumen-monumen. Ia menggagas pembangunan masjid Istiqlal yang ia targetkan melebihi kekokohan candi borobudur. Ia merancang tugu selamat datang di Bundaran HI yang menjadi icon ibukota. Ia mendirikan tugu pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng. Ia juga mengobarkan semangat bangsa melalui Patung Dirgantara di Pancoran. Nah, yang disebut terakhir, adalah fokus tulisan ini. Boleh dibilang, itulah peninggalan terakhir Bung Karno. Digagas tahun 1965, saat matahari kekuasaannya sudah condong ke barat. Adalah pematung Edhi Sunarso yang mendapat kehormatan, mengerjakan pembuatan patung itu. Sahabat anehdidunia.com Edhi adalah pematung kesayangan Bung Karno. Ia pula yang ditunjuk membuat patung “Selamat Datang” di Bundaran HI. Edhi ingat persis, ketika instruksi Bung
Karno diterimanya. Hatinya sempat mandeg-mangu, ragu-ragu, bimbang, dan galau. Sebagai seniman patung, ia belum pernah sama sekali membuat patung dengan bahan perunggu. Sementara perintah Bung Karno jelas, ia menghendaki patung dengan bahan perunggu. Saat raut wajahnya sulit menyembunyikan perasaan hatinya, Bung Karno segera paham. Maka, berkatalah Bung Karno kepada Edhi, “”Hey Ed, kamu punya rasa bangga berbangsa dan bernegara tidak? Apa perlu saya menyuruh seniman luar untuk mengerjakan monumen dalam negeri sendiri? Saya tidak mau kau coba-coba, kau harus sanggup.” Waktu satu minggu yang diberikan Bung Karno, dijawab tuntas oleh Edhi dengan mengumpulkan teman-teman pematung di Yogya, dan mewujudkan harapan Bung Karno dalam replika yang terbuat dari gypsum. Gaya melambaikan tangan laiknya orang menyambut kedatangan sahabat, diperagakan langsung oleh Bung Karno. Gaya itu pula yang kemudian menjadi model pada patung Tugu Selamat Datang di bundaran HI. Nah, lain lagi kisah Patung Dirgantara, Pancoran. Proyek itu sempat mangkrak, alias terhenti. Peristiwa 30 September 1965, adalah pemicu terancam gagalnya pembuatan patung itu. Bung Karno menghadapi hantaman dari dalam negeri. Ia didemo nyaris tiap hari. Klimaksnya adalah penolakan MPRS atas pertanggungjawaban Bung Karno, terhadap peristiwa pemberontakan PKI tadi. Buntutnya sama-sama kita ketahui, Bung Karno dilengserkan, dan Soeharto diorbitkan. Nasib patung Dirgantara yang digagas Bung Karno sebagai simbol semangat bangsa, terombang-ambing. Meski begitu, Bung Karno bukan manusia yang meninggalkan sejarah ke-plin- plan-an. Bung Karno tidak pernah mengajarkan sikap yang kurang bertanggung jawab. Alhasil, sekalipun nasibnya sendiri di ujung tanduk. Posisinya sebagai presiden terancam. Tekanan dalam dan luar negeri menghimpit dirinya, Bung Karno tetap komit. Ia menyempatkan diri untuk memantau perkembangan proyek patung dirgantara tadi. Kepada Bung Karno, dengan nada prihatin, Edhi melaporkan kemandegan proyek tadi.

Sekalipun pedestial atau tiang penyangga patung sudah selesai, tapi pekerjaan terancam mandeg, karena pemerintahan transisi tidak menggubrisnya. Di sisi lain, dalam status tahanan politik, dalam kondisi badan yang makin ringkih digerogoti sakit ginjalnya, Bung Karno keukeuh menuntaskan proyek terakhirnya. Edhi sendiri tak sanggup meneruskan pekerjaan itu, mengingat dirinya pun sudah dililit utang untuk pekerjaan itu.

Maklumlah, semua proyek pembuatan monumen yang ia kerjakan atas perintah Bung Karno, tidak menggunakan semacam dokumen perintah resmi negara. Murni soal kepercayaan. Atas kondisi tersebut, Bung Karno lantas memanggil Edhi dan memberinya uang Rp 1,7 juta. Belakangan Edhi baru tahu, uang itu hasil penjualan mobil pribadi Bung Karno. Dengan uang itu, sekalipun belum cukup menutup semua biaya, Edhi langsung menuntaskan pengerjaan patung Dirgantara. Alkisah… di pagi yang cerah, di hari Minggu tanggal 21 Juni 1970, Edhie sedang berada di puncak Tugu Dirgantara. Tiba-tiba, melintas iring- iringan mobil jenazah. Salah seorang pekerja di bawah sontak memberi tahu Edhi, bahwa yang barusan lewat adalah iring-iringan mobil jenazah… jenazah Bung Karno, sang penggagas Tugu Dirgantara. Lemas lunglai Edhi demi mendengar berita itu. Ia pun langsung turun dari puncak Tugu Dirgantara, dan menyusul ke Blitar, memberi penghormatan 
terakhir kepada Putra Sang Fajar. 

Belum usai duka berlalu, Edhi bersemangat menuntaskan amanat terakhir Bung Karno. Sekalipun pekerjaan itu meninggalkan utang negara. Sekalipun patung itu tidak pernah diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Tugu Dirgantara tegar berdiri, menggelorakan semangat, mengekspresikan wajah Gatotkaca. Wajah perkasa yang menyimpan duka di balik pembuatannya. Beberapa cerita tentang misteri acungan tangan patung pancoran Konon patung pancoran menunjuk sebuah tempat dimana bung karno meletakkan harta kekaya'annya yg dipercaya dapat melunasi hutang negara. Beberapa orang menceritakan bahwa patung ini menghadap ke sebuah pelabuhan sunda kelapa yang merupakan jantung peradaban bangsa indonesia selama di jajah belanda. Namun ada juga yang bilang dulu maksud di bangunnya tugu pancoran adalah untuk menyatakan bahwa kiblat politik indonesia adalah ke RUSIA arah komunis???

Tugu pancorana punya nama asli patung dirgantara jadi arah utara yang di tunjukan oleh jari tugu pancoran tersebut adalah lokasi bandara di jakarta yang dulu ada di kemayoran jakarta sebelum di pindah kan ke cengkareng Bagaimanapun juga cerita dari tugu pancoran atau patung pancoran tersebut, sesekali sempatkan untuk mengagumi hasil karya anak bangsa kita dan ambil hikmah postifnya bahwa tugu tersebut masih semangat tegak berdiri bagaimanapun permasalahan yang dihadapi bangsa kita ini. SEMANGAT!!!


KERANGKA MINIATUR RUMAH







Selasa, 21 Juni 2016

Inilah Dua Kata Ajaib Yang Dapat Membuat Anda Menjadi Penulis Hebat

Inilah Dua Kata Ajaib Yang Dapat Membuat Anda Menjadi Penulis Hebat

Seringkali kita kagum pada seorang karena hebat sekali menulis dan merangkai kata. Sedangkan kita hanya baru tahu ilmunya saja.Sering juga kita tersenyum, tertawa, terpana, terenyuh, sedih dan menginsafi diri setelah membaca satu tulisan dan kita ingin sekali bisa menulis seperti si penulis. Namun apa daya kita membuat satu paragraf yang baik dan benar saja susah minta ampun.Lalu kita bertanya-tanya, bagaimana sih cara menjadi penulis hebat seperti penulis yang telah sukses itu?Jawabannya ada pada dua kata ajaib ini: practice (latihan) yang massive (banyak).Menulis itu adalah keahlian. Dan ketahuilah bahwa untuk menguasai satu atau beberapa keahlian intinya ada pada latihan (practice) yang banyak dengan berulang-ulang terus-menerus (massive).Mari kita ambil sebuah contoh perbandingan:Mengapa seorang bocah berumur satu atau dua tahun yang tinggal di negeri bule sana tidak pernah belajar bahasa inggris, namun ternyata mereka fasih sekali berbahasa inggris?Lalu mengapa kita orang Indonesia (yang pernah mengenyam bangku sekolah pasti belajar bahasa inggris sekali seminggu) sedikit sekali yang bisa bahasa inggris?Jawabannya karena bocah bule itu lebih banyak praktek bahasa inggris daripada kita. Mereka prakteknya setiap hari. Sedangkan kita hanya praktek seminggu sekali. Dan itupun kalo kita tidak bolos waktu jam belajar bahasa inggris.Dan lebih parahnya lagi, ternyata kita sering diajarkan oleh orang yang belum tentu juga menguasai bahasa inggris (walau sering mengaku sarjana bahasa inggris! Maaf numpang nyindir… he.. he…).Contoh ini sama halnya dengan kita bila dibandingkan dengan penulis sukses itu.Mengapa kita susah sekali menciptakan tulisan yang menarik dan enak dibaca? Atau bahkan membuat satu paragraf yang baik dan benar saja susah minta ampun?Karena kita jarang atau bahkan tidak pernah berlatih sekalipun. Sedangkan para penulis best seller atau penulis hebat lainnya itu bisa menulis dengan kualitas tinggi karena mereka memang gemar dan telah menulis tentang banyak hal.Penulis best seller atau penulis hebat itu telah mempersembahkan waktu hidup mereka hanya untuk menulis, setiap hari walaupun hanya beberapa menit atau jam. Sehingga mereka menjadi diri mereka yang sekarang.Namun anda jangan sedih dulu karena anda juga bisa seperti mereka. Syaratnya anda harus siap sedia memulai membiasakan diri anda untuk menulis setiap hari walaupun beberapa menit. Tidak ada yang instan disini. Anda hanya butuh dua kata ajaib ini untuk sukses dalam menulis: practice yang massive.Sama seperti yang dikatakan oleh salah seorang penulis best seller Felix Siauw (Orang Asli Indonesia) dalam bukunya: How To Master Your Habits.
Bila seseorang banyak melatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai keahlian tertentu. Inilah namanya pembentukan kebiasaan alias habits.”Hmm… Om Felix ini betul sekali. Bila kita banyak (massive) melatih (practice) dengan terpaksa ataupun sukarela kita pasti akan menguasai suatu keahlian termasuk keahlian menulis.Apa yang dikatakan Om Felix ini sama seperti hukum sepuluh ribu jam alias The Rule of 10.000 Hours yang digagas oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers. Gladwell berargumentasi,
“Bahwa penguasaan dalam suatu bidang tertentu merupakan kunci utama dari kesuksesan, dan penguasaan tersebut hanya bisa diperoleh oleh seseorang jika telah melakukan latihan minimal 10.000 jam.”Kalo dihitung-hitung, 10 ribu jam itu berarti anda harus berlatih menulis 3 jam setiap hari selama 10 tahun untuk menjadi penulis yang hebat!Menurut saya ada benarnya. Karena saya telah merasakannya. Saya merasakan kemampuan menulis saya semakin bagus setiap harinya setelah menulis banyak hal selama enam atau tujuh tahun sebelum ini.Tidak ada yang instan disini tidak ada yang megic, semua butuh proses terus-menerus. Kita harus menempuh suka dukanya dengan sabar sampai tulisan kita diakui oleh khalayak dan diterbitkan serta dinikmati.Bagaimana dengan anda. Apakah anda siap untuk menjadi penulis hebat? Apakah anda ingin melihat tulisan anda diterbitkan? Atau anda ingin melihat novel kesayangan anda dibeli dan diminati banyak orang?Ya, Anda hanya butuh dua kata ajaib ini: practice yang massive. Titik tidak pake koma…!!!Dan apakah anda siap sedia untuk melakukannya?Yap, itu harus…. Anda harus siap menerapkan dua kata ajaib ini bila anda benar-benar ingin melihat novel anda diterbitkanSalam Sukses Novelis Indonesia!

cara membuat kebab

di beulem terus di dahar